SAUH DI TENGAH BADAI

Frans Manuel P
4 min readApr 26, 2020

--

Gambar 1. Jangkar Kapal

Ibrani 6:19 (TB) mengatakan “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sauh adalah alat berkait dan berat, dibuat dari besi, yang dilabuhkan ke dasar laut supaya perahu (kapal) dapat berhenti, jangkar. Apa jadinya bila kapal/perahu yang bersandar di dermaga dalam situasi badai tidak dilengkapi dengan jangkar (sauh) di dasar laut?. Sudah pasti kapal tersebut dapat terombang-ambing kesana-kesini dengan tidak jelas arahnya, bahkan besar kemungkinan kapal tersebut bisa menabrak benda apapun yang ada disekitarnya sehingga kapal itu hancur oleh karena tabrakan tersebut.

Berbicara mengenai Sauh, dalam kitab Ibrani di atas dijelaskan bahwa Pengharapan itu adalah Sauh yang Kuat dan Aman atau bisa digambarkan lain sebagai jangkar yang kuat dan aman itu adalah Pengharapan itu sendiri. Ilustrasi kapal di atas menggambarkan situasi yang saat ini sedang kita alami. Bagaimana sudah hampir 2 bulan sejak wabah Covid-19 pertama kali ditemukan di Indonesia, kita merasakan badai, pencobaan dan kesengsaraan di tengah kehidupan kita. Dengan melihat situasi tersebut, dimanakah Sauh kita? Bagaimana memperolehnya?.

Roma 5:3–4 (TB) mengatakan “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan”. Inilah jawaban atas pertanyaan dimana dan bagaimana kita bisa memperoleh Sauh itu.

Dikatakan dalam kitab Roma di atas, ada kesengsaraan, ketekunan, tahan uji dan terakhir pengharapan. Pasti kita sadari bahwa kondisi saat ini (penyebaran Covid-19) telah memberikan kesengsaraan bagi umat manusia di seluruh dunia. Kesengsaraan itu hadir dengan beragam macam bentuk seperti banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), menurunnya penghasilan usaha, dipulangkannya para tenaga kerja ke rumah dengan tidak diberi kepastian dan sebagainya. Kesengsaraan ini muncul dengan memberi kekuatiran dan ketakutan kepada hidup kita di masa-masa pandemic ini.

Apakah dengan sengsara saja kita bisa memperoleh Sauh tersebut?. Nyatanya tidak demikian. Roma di atas mengatakan “Ketekunan” setelah kesengsaraan. Roma 12:12 mengatakan “Bersukacitalah dalam Pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa. Ketekunan yang dimaksud dalam Roma 5 di atas adalah ketekunan kita dalam berdoa di tengah kesengsaraan yang kita alami. Doa adalah senjata bagi setiap orang percaya. Doa juga merupakan sarana bagi setiap orang percaya untuk berkomunikasi dengan Allah. Yakobus 5:16b mengatakan “Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”.

Hasil dari ketekunan adalah tahan uji. Yakobus 1:12 mengatakan “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”. Tahan uji adalah kondisi dimana kita bisa dan mampu untuk melewati situasi sulit (pencobaan). Covid-19 adalah bentuk pencobaan yang saat ini harus kita lalui dan lewati. Karena seperti yang dikatakan dalam Yakobus di atas, apabila kita mampu bertahan dalam pencobaan (Covid-19) ini, maka kita akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah.

Dan yang terakhir adalah pengharapan atau Sauh itu sendiri. Pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. Siapa pengharapan yang dimaksud disini?, Kolose 1:27 mengatakan “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!. Kristus adalah Pengharapan kita. Bicara mengenai pengharapan tidak akan bisa lepas dari apa yang disebut dengan Iman. Tidak akan ada pengharapan apabila tidak ada iman di dalamnya. Ibrani 11:1 mengatakan “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.

Mungkin sulit bagi kita di tengah-tengah kondisi saat ini untuk berpengharapan kepada Kristus. Karena faktanya, kita harus memikirkan apa yang akan kita makan besok, bagaimana pekerjaan kita ke depan, bagaimana nasib anak-anak kita ke depan dan lainnya. Dunia saat ini sedang dilanda kecemasan, ketakutan dan penderitaan. Pemerintah-pemerintah di berbagai negara berupaya untuk tidak terjadinya resesi ekonomi sebagai dampak penyebaran Covid-19. Tapi sama seperti ilustrasi kapal di awal tadi, bukankah hidup kita saat ini sangat memerlukan Sauh sebagai dasar pijakan yang menahan kita supaya tidak terombang-ambing? Bukankah hidup kita saat ini sangat memerlukan Kristus sebagai Jangkar dan perlindungan kita saat ini?.

Covid-19 ini mengajarkan kita bahwa hanya ada satu dasar yang kuat dan aman bagi jiwa kita yaitu Kristus itu sendiri. Moment saat ini, Kristus adalah jawabannya. Pengharapan kita terletak di dalam Dia. Kita serahkan iman kita kepada Kristus. Segala kekuatiran, ketakutan, kecemasan kita taruh kepada Kristus Tuhan dan Jurus’lamat kita. Kita harus memiliki iman yang teguh bahwa Kristus Yesus (Pengharapan) akan mendatangkan sukacita kepada kita di tengah-tengah ataupun setelah pandemic ini.

Terakhir, mengutip perkataan John Piper dalam bukunya “Coronavirus and Christ”, ia mengatakan “Pengharapan kami bukanlah pada kemungkinan. Pengharapan kami adalah pada Allah”. Amin

FMP

--

--

Frans Manuel P
0 Followers

Enthusiast to write concerning Law Article, Christian Devotional and Others